Minggu, 21 April 2013

Pendidikan Kewarganegaraan (Tugas 2)


Tugas 1 ( Artikel Tentang Perdukunan)
Fenomena kesyirikan dan pelanggaran tauhid banyak terjadi di masyarakat kita, karena kurangnya pengetahuan mereka tentang masalah tauhid dan keimanan, serta hal-hal yang bisa mendangkalkan bahkan merusak akidah (keyakinan) seorang muslim.
Kenyataan ini diisyaratkan dalam banyak ayat al-Qur’an, di antaranya dalam firman Allah Ta’ala:

{وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ}

“Dan sebagian besar manusia tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan-Nya (dengan sembahan-sembahan lain)” (QS Yusuf:106).
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menjelaskan arti ayat ini: “Kalau ditanyakan kepada mereka: Siapakah yang menciptakan langit? Siapakah yang menciptakan bumi? Siapakah yang menciptakan gunung? Maka mereka akan menjawab: “Allah (yang menciptakan semua itu)”, (tapi bersamaan dengan itu) mereka mempersekutukan Allah (dengan beribadah dan menyembah kepada selain-Nya)
Semakna dengan ayat di atas Allah Ta’ala juga berfirman:

{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ}

“Dan sebagian besar manusia tidak beriman (dengan iman yang benar) walaupun kamu sangat menginginkannya” (QS Yusuf:103).
Artinya: Mayoritas manusia walaupun kamu sangat menginginkan dan bersunguh-sungguh untuk (menyampaikan) petunjuk (Allah), mereka tidak akan beriman kepada Allah (dengan iman yang benar), karena mereka memegang teguh (keyakinan) kafir (dan syirik) yang merupakan agama (warisan) nenek moyang mereka
Dalam hadits yang shahih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih menegaskan hal ini dalam sabda beliau:
«لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى يَعْبُدُوا الأَوْثَانَ»
“Tidak akan terjadi hari kiamat sampai beberapa qabilah (suku/kelompok) dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrik dan sampai mereka menyembah berhala (segala sesuatu yang disembah selain Allah Ta’ala)”
Ayat-ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa perbuatan syirik terus ada dan terjadi di umat Islam sampai datangnya hari kiamat

Tukang sihir dan dukun adalah Thagut sekaligus syaitan dari kalangan manusia

Allah Ta’ala berfirman:

{هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنزلُ الشَّيَاطِينُ، تَنزلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ، يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ}

“Apakah akan Aku beritakan kepada kalian, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi banyak berbuat jahat/buruk (para dukun dan tukang sihir). Syaitan-syaitan tersebut menyampaikan berita yang mereka dengar (dengan mencuri berita dari langit, kepada para dukun dan tukang sihir), dan kebanyakan mereka adalah para pendusta” (QS asy-Syu’araa’:221-223).

Imam Qatadah rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “para pendusta lagi banyak berbuat jahat/buruk” adalah para dukun dan tukang sihir, mereka itulah teman-teman dekat para syaitan yang mendapat berita yang dicuri para syaitan tersebut dari langit.
Bahkan sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ketika menafsirkan firman Allah ‘Azza wa jalla:

{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا}

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari kalangan) manusia dan (dari kalangan) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia)” (QS al-An’aam:112).

Baliau radhiyallahu ‘anhu berkata: “Para dukun (dan tukang sihir) adalah syaitan-syaitan (dari kalangan) manusia”
Dalam atsar/riwayat yang lain sahabat yang mulia Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu ketika ditanya tentang arti “Thagut”, beliau radhiyallahu ‘anhu berkata: “mereka adalah para dukun yang syaitan-syaitan turun kepada mereka”
Thagut adalah segala sesuatu yang dijadikan sembahan selain Allah Ta’ala dan dijadikan sekutu bagi-Nya. Allah Ta’ala telah mewajibkan kita untuk mengingkari dan menjauhi Thagut dalam segala bentuknya, bahkan tidak akan benar keimanan dan tauhid seorang hamba tanpa mengingkari dan menjauhinya. Allah Ta’ala berfirman:

{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ}

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu” (QS an-Nahl:36).

Dalam ayat lain Dia Ta’ala berfirman:

{فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ}

“Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah (semata-mata), maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat (dan) tidak akan putus (kalimat tauhid Laa ilaaha illallah). Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS al-Baqarah:256).
Demikianlah profil sangat buruk para dukun dan tukang sihir, tapi mengapa masih saja ada orang yang mau mempercayai mereka, bahkan menyandarkan nasib hidup mereka kepada teman-teman syaitan ini? Bukankah ini merupakan kebodohan yang nyata dan penentangan besar terhadap Allah Ta’ala dan agama-Nya?
Termasuk dalam kategori dukun dan tukang sihir adalah tukang santet, tukang tenung, ahli nujum, peramal, dan orang yang disebut sebagai “paranormal” atau “orang pintar”.

 

Tugas 2 (Artikel Tentang Cara Menghadapi Era Globalisasi)

PENGERTIAN GLOBALISASI

Kata GLOBALISASI diambil dari kata global. yang maknanya ialah universal.
GLOBALISASI adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan ketertarikan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk bentuk interaksi yang lain sehingga batas batas suatu negara menjadi bias.

CIRI CIRI BERKEMBANGNYA GLOBALISASI

1. Perubahan dalam konstantin ruang dan waktu, maksudnya berkembangnya barang barang seperti HP, televisi satelit, dan internet menunjukan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepat.

2. Pasar dan produksi ekonomi di negara negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional.

3. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa, maksudnya saat ini kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.

4. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional, dll.

nah, setelah mengetahui pengertian dan ciri ciri berkembangnya globalisasi barulah kita membicarakan tentang Bagaimana cara menghadapi era globalisasi ?. Inilah tips tipsnya .

CARA MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

1. Menyaring budaya asing yang masuk ke negara kita harus yang sesuai dengan kepribadian bangsa.

2. Mencintai atau membeli produk dalam negeri sendiri.

3. Meningkatkan produksi dalam negeri agar dapat bersaing dengan produksi negara negara maju.

4. Berusaha mengikuti perkembangan IPTEK

5. dan yang paling penting meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan YME.

6. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.

7. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.

8. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.

9. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.

10. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa. Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai 

 

Tugas 3 (Artikel Tentang Salah satu wayang di Indonesia)



WAYANG ARJUNA SASRABAHU
Prabu Harjunasasrabahu adalah putera tunggal dari Prabu Kartawijaya. Saat lahir ia diberi nama Arjunawijaya. Ia berganti nama setelah ia menggantikan ayahnya sebagai raja Negara Maespati. Gelar itu dia dapatkan karena ketika bertiwikrama, wujudnya berubah menjadi brahala sewu, yaitu raksasa sebesar bukit, berkepala seratus bertangan seribu dan semua tangannya memegang berbagai macam senjata sakti.
Harjunasasarabahu adalah titisan Bathara Wisnu, dia sakti mandraguna dan pilih tanding. Ia juga merupakan raja yang disembah oleh sesama raja. Namun, ia tidak suka menyelesaikan setiap persengketaan dengan peperangan. Ia selalu berusaha menyelesaikan dengan damai, yaitu dengan jalan musyawarah. Selain gagah perkasa dan sangat disegani, ia adalah satria yang sangat tampan, wajahnya sepintas mirip dengan Bhatara Kamajaya.
Suatu saat ia mendapatkan wangsit dari Bathara Narada, bahwa Puteri negeri Magada yang merupakan titisan Bathari Sri Widowati kini dalam pinangan raja-raja dari seribu Negara. Puteri itu bernama Dewi Citrawati. Harjunasasrabahu menjadi gelisah mendapatkan wangsit itu. Ia bimbang, apakah ia harus berperang dan menumpas semua raja  dan membunuh ribuan prajurit yang tidak berdosa untuk mendapatkan Dewi Citrawati. Sebenarnya, ia mampu melakukan itu seorang diri, namun hal itu bertentangan dengan hati nuraninya yang cinta damai. Namun bila menempuh jalan perdamaian itu  adalah sesuatu yang mustahil.
Sementara di Magada, Prabu Darmawisesa dari negeri Widarba, yang merupakan raja yang sanagt berpengaruh dan ditakuti yang disertai 75 raja sekutunya dan ribuan prajuritnya sudah siap mengepung Magada apabila lamarannya ditolak.
Saat Prabu Harjunasasarbahu dalam kebimbangan, datanglah Bambang Sumantri menghadap untuk mengabdikan diri di Negara Maespati. Melihat kesungguhan dan tekat Sumantri, Harjunasasrabahu pun menerima Sumantri tetapi dengan satu persyaratan, Sumantri harus berhasil menjadi utusan pribadinya dan duta Negara maespati untuk melamar dan memboyong Dewi Citrawati ke Maespati.
Sumantri pun menerima persyaratan itu, kemudian ia pergi ke negeri Magada. Dengan kesaktiannya, ia berhasil menumpas raja-raja sekutu Darmawisesa.  Saat ia berhadapan dengan Jonggirupaksa adik Prabu Darmawisesa, ia baru menggunakan senjata pusakanya yaitu anak panah Cakrabaskara, yang tiap kali dilepas akan selalu meminta korban terus menerus sebelum dipanggil pulang oleh tuannya. Akhirnya Darmawisesa pun juga berhasil ditakhlukan Sumantri.
Seusai bertanding, ia lalu memboyong Dewi Citrawati ke Maespati. Dalam perjalanan mereka, kepercayaan Sumantri terhadap kesaktian Prabu Harjunasasrabahu sedikit tergoyah karena sedikit hasutan Dewi Citrawati yang sebenarnya kurang suka dengan penghargaan yang begitu besar yang diberikan rakyat Magada kepada Sumantri. Sumantri pun menghentikan perjalanannya ke Maespati, dan mengajukan persyaratan kepada Prabu Harjunasasrabahu, agar menjemput sendiri Dewi Citrawati di perbatasan kota sebagai seorang ksatria. Ia akan menyerahkan Dewi Citrawati, jika sang Prabu berhasil mengalahkannya, dan  ini untuk meyakinkan tekadnya, bahwa ia hanya ingin mengabdi para raja yang berhasil mengalahkan kesaktiannya.

Referensi :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar